Beranda | Artikel
Disiplin dan Akhlak Mulia dalam Ibadah Ramadhan
Jumat, 7 Maret 2025

Disiplin dan Akhlak Mulia dalam Ibadah Ramadhan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Sya’ban 1446 H / 25 Februari 2025 M.

Kajian Tentang Disiplin dan Akhlak Mulia dalam Ibadah Ramadhan

Jika kita perhatikan, ibadah-ibadah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan kepada kita, seperti shalat dan puasa, merupakan bentuk pelatihan agar kita menjadi pribadi yang disiplin. Kesadaran akan kedisiplinan ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan harus dilatih dan diasah sejak dini, sejak kecil.

Terlebih lagi, sebentar lagi kita akan menyambut bulan Ramadhan. Tinggal menghitung hari, kita kembali bertemu dengan bulan suci ini. Mudah-mudahan kita diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan tahun ini dan dapat menjalankan segala rangkaian ibadah yang ada di dalamnya dengan baik.

Salah satu pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari rangkaian ibadah di bulan Ramadhan—dimulai dari puasa yang wajib, kemudian ibadah-ibadah sunah seperti shalat Tarawih, i’tikaf, tadarus, dan tilawah Al-Qur’an—adalah bagaimana semua itu melatih kita untuk menjadi hamba yang lebih baik. Hikmah terbesar yang bisa kita petik adalah terbentuknya akhlak mulia.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam kitab Al Muwafiqat, bahwa seluruh syariat Islam secara keseluruhan bermuara pada akhlak mulia. Shalat yang kita kerjakan, puasa yang kita jalankan, semuanya bertujuan untuk membimbing kita agar menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Inilah buah dari ibadah-ibadah yang kita lakukan.

Terlebih di bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan aktivitas dan kegiatan ibadah. Suasana Ramadhan membawa kita dalam atmosfer ibadah yang begitu kental. Kita menjalankan ibadah puasa, melaksanakan shalat malam yang dikenal dengan sebutan shalat Tarawih, mengikuti tadarus bersama teman-teman di masjid atau di tempat lainnya, serta melakukan i’tikaf di penghujung Ramadhan. Semua rangkaian ibadah ini melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlak mulia. Itulah tujuan dan buah dari ibadah-ibadah yang kita jalankan.

Sebenarnya, seluruh rangkaian ibadah yang kita kerjakan di bulan Ramadhan melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin. Hal ini terlihat dari ketentuan waktu dalam ibadah puasa. Misalnya, waktu sahur yang lebih utama adalah yang diakhirkan menjelang terbitnya fajar. Kemudian, waktu berbuka yang terbaik adalah dengan menyegerakannya dan tidak menundanya. Semua ini melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin.

Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi momen yang tepat untuk melatih anak-anak agar terbiasa berpuasa. Dahulu, para sahabiyat melatih anak-anak mereka untuk berpuasa dengan cara yang kreatif. Mereka membuatkan mainan yang terbuat dari bulu dan memberikannya kepada anak-anak agar mereka sibuk bermain dan lupa akan rasa lapar. Dengan cara ini, anak-anak secara tidak sadar ikut berpuasa dan mampu menahan diri dari makan dan minum sejenak.

Tentu saja, ini merupakan hal yang berat bagi seorang bocah. Oleh karena itu, perlu ada pengalihan perhatian agar mereka tidak terlalu fokus pada rasa lapar dan haus. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ar-Rubayyi‘ binti Mu‘awwidz, beliau dan para sahabiyat lainnya membuatkan mainan untuk anak-anak mereka agar mereka teralihkan dari keinginan untuk makan dan minum.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sepanjang bulan Ramadhan untuk melatih anak-anak berpuasa. Misalnya, sebagaimana yang dilakukan sebagian orang tua, saat kecil kita dilatih untuk berpuasa setengah hari terlebih dahulu. Hal ini tidak mengapa, karena tujuannya adalah melibatkan anak-anak dalam kegiatan Ramadhan.

Misalnya, anak-anak bisa dibangunkan untuk sahur agar ikut makan bersama keluarga, meskipun puasanya hanya setengah hari atau bahkan belum penuh. Saat berbuka pun, mereka bisa diajak untuk ikut serta dalam kebersamaan berbuka puasa, meskipun mereka belum menjalankan puasa sepenuhnya. Tujuan utama dari keterlibatan ini adalah agar mereka terbiasa dengan atmosfer Ramadhan dan tidak merasa asing dengan berbagai kegiatan di dalamnya.

Begitu juga dengan ibadah lain, seperti shalat Tarawih. Anak-anak sebaiknya dilibatkan dalam kegiatan ini, bukan malah dimarahi atau diusir. Ramadhan adalah momen yang baik untuk menanamkan nilai-nilai ibadah dan kedisiplinan dalam diri mereka.

Karena anak-anak tetaplah anak-anak, terkadang mereka tidak sepenuhnya ikut shalat bersama orang dewasa. Namun, setidaknya mereka merasakan atmosfer Ramadhan sehingga mereka tidak merasa asing dengan suasana Ramadhan dan justru merindukannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melatih anak-anak ini sejak kecil agar terbiasa dengan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan.

Latihan berpuasa juga sangat penting. Sebagaimana dalam ibadah shalat, Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk menyuruh atau mengajak anak-anak shalat sejak usia tujuh tahun. Artinya, mereka perlu dilatih sebelum mencapai usia bāligh, di mana mereka benar-benar wajib mengerjakan shalat dan berpuasa. Tentunya, tidak bisa secara mendadak ketika mereka telah baligh, lalu kita baru menyuruh mereka berpuasa dan shalat. Jika mereka tidak terbiasa sejak kecil, akan sulit bagi mereka untuk melaksanakan ibadah dengan konsisten.

Ada pepatah yang mengatakan, kita bisa karena biasa. Maka, manusia perlu dibiasakan agar terbiasa. Demikian juga dengan anak-anak kita. Momen Ramadhan adalah kesempatan yang sangat tepat untuk melatih kedisiplinan serta membuat mereka akrab dan familiar dengan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan, terutama puasa yang kelak akan menjadi kewajiban bagi mereka setelah mencapai usia baligh.

Selain itu, puasa juga melatih kejujuran. Ibadah ini adalah hubungan langsung antara seorang hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika seseorang makan diam-diam, siapa yang tahu? Jika seseorang curang dalam berpuasa, siapa yang bisa mengetahuinya? Mungkin tidak ada manusia yang tahu, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti mengetahuinya. Oleh karena itu, puasa menjadi sarana yang sangat efektif untuk melatih murāqabah atau kesadaran bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala  selalu mengawasi kita, serta menanamkan sikap amanah dan jujur pada anak-anak.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi:

الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengapa demikian? Karena orang yang berpuasa melakukannya semata-mata karena Allah. Puasa menuntut kejujuran. Seorang anak mungkin mengaku sedang berpuasa, tetapi diam-diam ia makan dan minum. Oleh karena itu, sejak dini mereka perlu dilatih untuk memiliki kesadaran murāqabah, yakni merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun orang tua tidak tahu bahwa ia diam-diam makan dan minum, tetapi Allah mengetahuinya.

Ramadhan ini ibarat pesantren kilat selama 30 hari, di mana kita semua ditempa agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54970-disiplin-dan-akhlak-mulia-dalam-ibadah-ramadhan/